Meski tidak bersentuhan langsung, burung hantu merupakan salah satu makhluk yang keberadaannya sangat dekat dengan manusia. Jenis avifauna ini tergolong hewan liar karnivora (pemakan daging). Bukan hal yang aneh bagi para pemula untuk menjinakkan makhluk-makhluk ini dan menjadikannya sebagai hewan peliharaan.
Karena sifat dan kualitasnya yang tidak biasa, burung ini sering digunakan sebagai simbol tertentu di beberapa lokasi. Burung ini memiliki sebaran global yang besar dan diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis.
Burung hantu adalah hewan yang dapat hidup di berbagai lingkungan, kecuali gurun dan daerah kutub. Namun, makhluk nokturnal ini lebih menyukai habitat terbuka seperti tepi sungai, pekarangan, kota, kebun, padang rumput, semak belukar, persawahan, dan kawasan hutan yang kurang rapat atau perbatasan hutan.
IKUTI KUIS & SURVEY BERHADIAH KLIK DISINI
Burung hantu adalah pengintai yang lihai dan lihai. Bahkan saat terbang, hewan ini dianggap tenang dan pendiam. Burung ini sering terlihat membeku dan tidak banyak bergerak. Hal ini membuat pendeteksian keberadaan hewan nokturnal ini menjadi sulit.
Ada berbagai jenis burung hantu yang dapat mengukur jarak dan posisi mangsanya dengan baik dalam kegelapan total. Keterampilan ini berasal dari pendengarannya yang tajam dan rambut wajahnya, yang bertindak sebagai radar untuk menentukan sumber suara.
Burung hantu, atau ketupa ketupu, adalah kelompok ovipar, yang berarti mereka berkembang biak dengan meletakkan telur. Jumlah telur yang dihasilkan sedikit, berkisar antara satu hingga empat butir telur. Jumlah telur, bagaimanapun, ditentukan oleh spesies burung.
Setidaknya satu tahun setelah muncul dari telur, kematangan reproduksi akan dimulai. Jumlah telur yang dihasilkan dan jumlah waktu yang tersedia sangat seimbang. Pada umumnya, setiap burung hantu yang bertelur akan merawat anak-anaknya hingga dewasa, kemudian melepaskannya ketika sudah bisa mendapatkan makanannya sendiri.
Musim kawin burung hantu bervariasi tergantung pada spesiesnya, meskipun biasanya pada musim semi di daerah beriklim sedang. Kondisi cuaca di mana mereka tinggal, penyakit yang mereka derita, ketersediaan makanan, tingkat persaingan dengan burung lain, dan kecocokan dengan pasangan semuanya mempengaruhi kegiatan ini.